MINDER dan solusi mengatasinya




MINDER
dan solusi mengatasinya



Apa sih "minder" itu?
Apakah kamu sering mendengar istilah "Nggak PeDe"?

Ya. "Nggak PeDe" adalah akronim dari istilah "Nggak Percaya Diri". Dan "minder" adalah istilah lain dari sebuah perasaan "Nggak PeDe" tersebut.

Definisi "minder" secara umum adalah sebuah perasaan tertekan yang menyebabkan seseorang menjadi kehilangan rasa percaya diri.

Perasaan tertekan ini bisa timbul dari dalam diri seseorang itu sendiri ataupun dari luar diri/lingkungan/ orang di sekitarnya.

Pernahkah Anda mengalami perasaan tersebut?
Kalau saya sih iyes. Aslinya saya ini orangnya minderan ho..ho..
Dimanapun saya berada, saya sering mengalami kesulitan menghilangkan perasaan yang satu ini.
 
Di sekolah
Ya, saya dulu suka merasa minder sama teman yang lebih pintar.

Di lingkungan sepermainan
Ya, saya dulu suka minder sama teman yang lebih lincah.

Di dunia kerja.
Di dunia model yang pernah saya geluti, di komunitas ibu-ibu arisan, dan lain-lain. Di mana saja deh, pokoknya.

Nggak enak banget, kan?
Kata orang, hal tersebut karena saya kurang pandai bersyukur. Betulkah?
Iya juga, sih. Tetapi kalau ditelisik lebih dalam lagi, ternyata banyak faktor lain yang menjadi penyebab timbulnya rasa "minder" itu, antara lain:

Pola Asuh Orang tua Yang Terlalu Membatasi Kegiatan Anak.
Tidak ada orang tua yang punya maksud buruk terhadap anak-anaknya. Setiap orang tua pasti selalu ingin melindungi anak-anaknya dan menjaga supaya anak-anaknya nggak celaka. Bahkan karena alasan itulah, sehingga banyak orang tua yang menjadi terlalu over protektif terhadap anak-anaknya. Mereka jadi terlalu membatasi gerak-gerik si anak. Mau ini nggak boleh, mau itu dilarang, pokoknya untuk melakukan hal-hal yang sekiranya agak tidak biasa, pasti akan selalu dilarang ataupun kalau dibolehkan selalu diikuti dengan persyaratan yang memberatkan.

Orang tua saya dulu juga seperti itu, banyak melarang saya melakukan ini dan itu, akibatnya saya menjadi merasa tertinggal dari teman-teman saya yang lain. Contohnya, ketika banyak teman-teman saya yang sudah bisa mengendarai sepeda motor, saya termasuk yang "terlambat bisa" karena orang tua saya melarang saya melakukannya.


Orang tua Yang Kerap Marah dan Menyalahkan Tanpa Alasan Yang Jelas.

Nggak enak banget deh, dikit-dikit dimarahi. Misalnya nggak sengaja numpahin minum, langsung kena bentak. Atau kelupaan meletakkan suatu benda, langsung dimarahi, dikatain teledor lah, kan bikin anak langsung nyesek, ya.

Orang tua yang kurang pandai mengontrol emosinya dan mudah meledak-ledak alias gampang marah-marah pada hal yang sepele dapat mengurangi rasa percaya diri pada anak. Anak jadi gampang minder. Anak juga jadi nggak pernah punya inisiatif karena takut apa yang akan dilakukannya selalu salah di mata orang lain.


Tidak Pernah Mendapatkan Pujian

Terdengar cengeng. Ah, masak cuma karena nggak pernah dipuji langsung jadi minder, sih. Hei, ini bisa terjadi lho. Seseorang yang tidak pernah mendapatkan apresiasi positif terhadap perbuatan baik yang dilakukannya, bisa kehilangan rasa percaya diri untuk berbuat baik lagi. Buat apa berbuat baik, toh tidak dihargai, demikian kira-kira perasaannya.

Akibat tidak pernah mendapat pujian ini, bisa membuat seseorang jadi minder, dia akan selalu menganggap bahwa orang lain itu selalu lebih hebat dari dirinya.

Maka dari itu, setelah menjadi orang tua, saya kerap memberikan apresiasi dalam bentuk pujian buat anak-anak saya ketika mereka telah berhasil melakukan sesuatu dengan baik. Karena menurut saya, hal tersebut dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri mereka. Kendati pun banyak juga yang berpendapat agar jangan terlalu sering memuji anak, kalau buat saya sih selama nggak terlalu berlebihan ya baik-baik saja.


Bentuk Fisik Yang Tak Sempurna.

Ya. Kondisi fisik seseorang yang tidak sempurna cukup kuat menjadi alasan seseorang menjadi tidak percaya diri. Contohnya saya. Saya punya bentuk gigi yang sangat tidak sedap dipandang mata. Gigi saya gingsul, dan selain gingsul yang menonjol, gigi-gigi yang lain pun bentuknya tidak beraturan. Hal tersebut  cukup membuat saya merasa minder. Saya nggak pernah bisa tertawa lepas kecuali di tengah orang-orang dekat saya. Setiap kali ada photo session, saya juga selalu mengatupkan mulut. Seringkali saya melakukan hal-hal tersebut tanpa saya sadari. Mungkin karena alam bawah sadar saya yang menyuruh saya melakukan hal tersebut, ya. Kenapa? Dugaan saya, pasti karena lubuk hati terdalam saya mengatakan bahwa saya merasa malu dengan 'gigi' saya. He..he...


Latar Belakang Pendidikan.

Meskipun hal ini sebenarnya tak perlu terjadi, tetapi bukan tidak mungkin seseorang jadi merasa minder karena faktor latar belakang pendidikannya yang mungkin tidak lebih tinggi bila dibandingkan dengan latar belakang pendidikan orang-orang lain di lingkungannya, entah itu di lingkungan kerja, lingkungan komunitas yang diikutinya, dan lain sebagainya.


Kondisi Ekonomi

Kendati hal ini juga tak perlu terjadi, akan tetapi latar belakang kondisi ekonomi sosial seseorang justru sering menjadi penyebab timbulnya perasaan 'minder' dari orang tersebut. Orang tersebut jadi selalu merasa minder dalam bergaul. Kebanyakan karena takut dipandang sebelah mata atau takut dilecehkan.


Trauma Akan Kejadian di Masa Lampau.

Pernah mengalami kegagalan? Beberapa orang mungkin bisa bangkit dari keterpurukan akibat kegagalan, tetapi sebagian orang yang lain ada juga yang nggak bisa move on dari kegagalan yang pernah dialaminya. Dia yang nggak bisa move on ini biasanya akan jadi minder untuk mencoba hal yang sama yang pernah menyebabkannya gagal tersebut.



Nah, setelah mengetahui berbagai penyebab rasa minder, pastinya ingin tahu kan, seperti apa sih solusi untuk mengatasi perasaan tersebut? Dari pengalaman sendiri dan juga dari berbagai pengamatan, dapat saya simpulkan bahwa perasaan minder itu sebenarnya bisa diatasi dengan:

Mengenali Diri Sendiri Dengan Sebaik Mungkin.

Dalam proses mengenali diri sendiri ini kita dituntut untuk bisa jujur terhadap diri sendiri, karena hanya dengan kejujuran maka kita bisa mengidentifikasi diri kita, apa saja kelemahan-kelemahan kita sekaligus apa saja kelebihan-kelebihan yang kita miliki dalam diri kita.

Ketika kita sudah berhasil mengidentifikasi diri kita itu seperti apa, kita bisa memilih strategi yang tepat dalam berinteraksi dengan orang lain. Kita jadi tahu bagaimana cara menyamarkan kekurangan diri kita dan menonjolkan kelebihan yang kita miliki.


Berusaha Untuk Selalu Menghargai Diri Sendiri.

Sebelum mengharapkan orang lain untuk menghargai diri kita, sudah semestinya kita bisa menghargai diri kita sendiri. Cara sederhananya adalah dengan selalu berpikir positif bahwa diri kita ini patut untuk dihargai. Jangan pernah memandang rendah orang lain kalau kita tidak mau dipandang rendah.


Hadapi Setiap Rasa Takut Yang Timbul.


Merasa takut akan melakukan kesalahan, merasa takut tidak bisa tampil dengan baik, merasa takut tidak dapat memuaskan orang lain, dan berbagai rasa takut yang lain itu wajar dialami oleh siapa saja. Rasa takut yang berlebihan membuat kita bisa kehilangan rasa percaya diri alias minder. Bagaimana cara mengatasinya?

Setiap rasa takut yang datang itu jangan dihindari, tetapi sebisa mungkin dilawan. Melawan rasa takut, dapat meningkatkan rasa percaya diri Anda. Cara melawan rasa takut adalah dengan meyakinkan bahwa Anda "bisa". Semua akan lancar kalau Anda sudah berhasil mengenal diri Anda dengan baik dan menghargainya.


Pandai Atasi Kekurangan Diri.

Seringkali kita tidak mau mengakui kekurangan sendiri, dan justru kerap kali mengandalkan penilaian orang lain. Padahal sebenarnya, kitalah yang paling tahu apa dan bagaimana kekurangan kita. Kalau kita memperlakukan kekurangan diri kita dengan positif, niscaya akan dapat meningkatkan rasa percaya diri dari sisi yang lain. Nggak percaya?

Saya contohkan tentang kasus saya dan gigi gingsul yang saya ceritakan tadi, ya. Meskipun banyak yang bilang bahwa gigi gingsul itu menambah daya tarik, apa saya percaya begitu saja? Ya enggak, lah. Dilihat dari sudut pandang manapun, gigi amburadul saya itu tetap nggak ada menari-menariknya..he..he.. karena gigi yang tak sedap dipandang itu, saya jadi agak minder dalam bergaul. Ketika berbaur, saya jadi membatasi senda gurau yang dapat menyebabkan gigi saya terekspos dan menjadi bahan "rasan" orang lain. Apakah hal tersebut baik? Tentu saja tidak sepenuhnya baik. Tetapi saya ambil sisi positifnya saja. Saya jadi jarang ngobrol berlarut-larut yang kerap berakhir dengan gosip. Saya kemudian memang menjadi pribadi yang semi introvert, tapi bukan berarti saya tak pernah mengeluarkan suara saya. Pada akhirnya, saya berhasil menumpahkan isi hati saya melalui tulisan. Tulisan-tulisan saya kerap dimuat di berbagai media, baik media cetak maupun portal online. Saya bahkan telah menerbitkan buku. Bagaimana? Sudah berhasilkah kamu mengatasi kekurangan dirimu?


Melupakan Kegagalan di Masa Lampau.


"Belajar dari kegagalan dan jangan pernah mengulangi kesalahan yang sama," adalah nasihat bijak andalan untuk melupakan kegagalan di masa lalu. Nggak bisa move on dari kegagalan di masa lalu memang kerap membuat kita jadi merasa minder, lalu mengira bahwa kita pasti akan gagal lagi. Halloooww...kalau nggak dicoba bagaimana kita bisa tahu kalau kita bisa berhasil?

Sebisa mungkin memang kita jangan sampai mengulangi kesalahan yang sama, tetapi bukan berarti kita jadi membatasi diri. Kalau kita terperangkap pada masa lalu terus, kita nggak akan pernah jadi kuat. Teruslah berpikir positif. Tekankan selalu pada diri sendiri bahwa kita bisa. Rileks, karena rileks bisa mengatasi kegugupan yang mungkin timbul. Jangan cemas, tak perlu harus sempurna, yang penting berusaha untuk bisa dan tidak gagal lagi.

Sulitkah menjalankan solusi-solusi di atas?

Memang tidak ada yang semudah membalik telapak tangan, akan tetapi teruslah berusaha mengatasi rasa minder Anda.

Mari saling berbagi pengalaman bagaimana cara mengatasi rasa minder yang pernah Anda alami. Bisa berbagi itu melegakan, lho.














































Komentar

  1. Mantaaaap tulisannya mb

    InsyaAllah bermanfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, mbak. Walaupun tampilan blognya masih acak kadul ya...he..he..

      Alhamdulillah, senang kalau bisa menginspirasi.

      Hapus
    2. Ia mb kok jd warna warni tulisannya, saya kira emang mb suka nya warna warni gt. Bisa diedit lg mb

      Hapus
    3. Ia mb kok jd warna warni tulisannya, saya kira emang mb suka nya warna warni gt. Bisa diedit lg mb

      Hapus
    4. udah dicoba ngedit nih, mbak. belum berhasil..he..he..

      Hapus
    5. Finally, sukses juga ngeditnya😊😊

      Hapus
  2. Mantaaaap tulisannya mb

    InsyaAllah bermanfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, mbak.
      Alhamdulillah. Senang sekali bisa saling menginspirasi.

      Hapus
  3. Mirip banget dengan saiyahh..semoga jadi inspirasi saiyahhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Toss✋
      Sekarang sudah nggak minderan lagi kan, mbak?
      Alhamdulillah. Senang bisa saling menginspirasi.

      Hapus
  4. Toss✋
    Sekarang sudah nggak minderan lagi kan, mbak??
    Alhamdulillah kalau bisa saling menginspirasi.

    BalasHapus
  5. Faktor orang tua kayaknya berperan dominan sebagai penyebab saya minder mbak..saya dulu sering dilarang ini itu bahkan ikut jalan2 sama temen aja dilarang alhasil sering nolak ajakan jalan ke mall sama temen pas remaja dulu sempet saya juga jadi males sosialisasi karena ga enak kalo diajak pergi sering ga bisa. Pengalaman trauma masa lalu juga jadi faktor pendukung saya minder hehehe..thanks for the tips mbakk :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama, Mona. sharing is caring. Sudah bisa atasi rasa mindernya, say?

      Hapus
  6. Kalau orangtua sering melarang juga akan membuat anak kurang kreatif dan inisiatif :)

    BalasHapus
  7. Aku sempat minder karena ada sekelompok org yg selalu menakarku dr bentuk tubuh. But now I can stand out in the public dan kasih tau semua orang bahwa body shaming itu jahat krn membuat org minder & benci dirinya sendiri :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. he..he..mbak Winda pintar melawan rasa mindernya.

      Hapus
    2. he..he..mbak Winda pintar melawan rasa mindernya.

      Hapus
  8. Aku sempat minder karena ada sekelompok org yg selalu menakarku dr bentuk tubuh. But now I can stand out in the public dan kasih tau semua orang bahwa body shaming itu jahat krn membuat org minder & benci dirinya sendiri :)

    BalasHapus
  9. Thanks atas pencerahan nya mba rara, top bgt!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Merawat Buku yang Rusak Akibat Terlalu Lama Disimpan

4 Alasan Kenapa Harus Melakukan Pre-Launching Produk

Review: Biolage Scalp Refresher, Serum Rambut dengan Sensasi Dingin Menyegarkan