MERTUA SENANG, ANAKNYA TAMBAH SAYANG
Mengatasi
Intervensi Mertua.
Bagaimana hubunganmu dengan mertua? Baik-baik saja atau
malah enggak pernah akur sama sekali? Semoga yang pertama, ya. Yah, menjaga
hubungan baik dengan mertua itu memang susah-susah gampang. Apalagi hubungan
antara menantu wanita dengan ibu mertua. Bagaimanapun juga, tak dapat
dipungkiri bahwa ibu mertua adalah seseorang yang mempunyai hak atas anak
laki-lakinya sampai kapan pun juga.
Ketika kita menikahi anak lelakinya, kita boleh merasa
telah memilikinya. Namun, kita juga enggak bisa mengelak bahwa ibunya adalah
orang yang paling mengenalnya dan paling memahami siapa suami kita itu.
Bagaimanapun, beliaulah yang telah melahirkannya, merawat dan membesarkannya.
Jadi, semestinya kita bisa maklum jikalau dalam cara kita
melayani suami, kerap diintervensi oleh ibu mertua. Apalagi kalau kita tinggal
satu atap dengan mertua. Intervensi akan selalu ada dan kemungkinan besar tidak
dapat dihindari. Kita hanya bisa mengatasinya. Nah, cara mengatasi intervensi
mertua inilah yang susah-susah gampang.
Memang sih, apa yang dilakukan oleh ibu mertua itu kerap
membuat kita jadi serba salah. Tetapi, kalau seandainya saja kita mau jujur
terhadap diri sendiri, sebenarnya tidak ada salahnya kalau kita turuti saja apa
kata mertua.
Namanya juga orangtua, pasti selalu
menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Untuk mudahnya, bayangkan saja kalau seandainya kelak kita berada pada posisi
beliau. Kemungkinan besar kita akan melakukan hal yang serupa.
Lalu,
apakah lantas kita harus selalu menuruti setiap perkataan mertua? Tentu saja
hal ini kembali kepada pribadi masing-masing. Meskipun demikian, kita tetap
harus tahu cara menyikapinya agar tidak terjadi konflik.
Ada
kalanya, ketika kita ditegur oleh mertua, reaksi kita adalah emosi. Merasa
kesal, sedih dan marah. Sebetulnya ini adalah reaksi yang wajar. Namun, ada
baiknya agar kita tidak menampakkan emosi kita itu di depan mertua.
Cobalah
untuk sebisa mungkin meredam emosi tersebut. Karena, apabila emosi sudah
berhasil teredam, maka kita pun akan dapat berpikir dengan lebih jernih. Dengan
begitu, kita bisa mempertimbangkan perkataan mertua dan membandingkannya dengan
pemikiran kita.
Kemudian, kita bisa memilahnya. Mana yang kita anggap
cocok, bisa kita turuti, sedangkan yang tidak sesuai tidak perlu kita turuti.
Tentu saja, sebaiknya tidak usah dengan cara mendebatnya, karena hal tersebut
hanya akan mendatangkan konflik.
Untuk meraih simpati dari mertua, kita memang harus
menunjukkan rasa bersahabat dengan mereka. Mencoba seakrab mungkin dengan
mereka, seolah-olah sama akrabnya seperti mereka terhadap suami kita. Tentu saja,
tanpa meninggalkan rasa hormat yang tetap harus kita tunjukkan. Tapi tetap harus
bersikap sewajarnya, ya. Enggak perlu berpura-pura, karena yang murni keluar
dari hati dan yang palsu itu bakalan nampak jelas, lho.
Bila
Terjadi Konflik dengan Mertua.
Yang namanya kesabaran manusia itu di mana saja selalu
ada batasnya, sehingga konflik pun tetap bisa terjadi meskipun sudah kita
hindari sedemikian rupa. Lalu bagaimana cara mengatasi apabila terlanjur
terjadi konflik dengan mertua?
Konflik yang terjadi bila tidak cepat diatasi
bisa membuat permasalahan bertambah pelik. Apabila kedua belah pihak tidak ada
yang mau mengalah, masalah bisa semakin membesar. Untuk mengatasinya adalah
dengan memperbaiki komunikasi
Pertama kali, kita harus mencari akar permasalahannya
terlebih dahulu. Dari mana datangnya? Akar permasalahan dari konflik yang
terjadi, bisa datang dari pihak mertua atau justru datang dari diri kita
sendiri selaku menantu.
Kalau akar permasalahannya datang dari kita selaku
menantu, maka hadapilah dengan jujur. Akuilah kesalahan kita dan minta maaflah.
Keikhlasan kita untuk mengakui kesalahan adalah cara ampuh untuk menyelesaikan
permasalahan.
Lalu bagaimana kalau akar permasalahannya datang dari
pihak mertua? Seyogyanya, tetaplah bersikap bijak. Tak perlu melawan orangtua,
sekalipun kita merasa benar. Kita harus memiliki kesadaran untuk membangun
hubungan yang baik dengan orangtua suami yang secara tak langsung telah menjadi
orangtua kita juga. Apabila pihak mertua berlaku kasar terhadap kita sekalipun,
kita tetap harus bisa meresponnya dengan emosi yang tepat.
**
Dalam membina rumah tangga, selain mengikat dua insan
memang berarti juga mengawinkan dua pihak keluarga. Konflik yang terjadi dengan
mertua adalah dinamika kehidupan berumah tangga. Oleh karena itu, hal yang
berpotensi menyebabkan hubungan menjadi tidak nyaman sebaiknya dihindari. Semoga, ulasan di atas dapat mencerahkan.
Penulis,
Rara Radyanti
Komentar
Posting Komentar