Sulitkah Mengendalikan Jemarimu?



"Mbak, saya dan suami hanyalah pegawai kecil. Tapi kami bisa punya ini dan itu ya dari ngangsur. Motor ngangsur, rumah ngangsur, bahkan bisa beli tanah di dusun juga dari ngangsur, nggadein SK saya sama suami. Semuanya serba saya angsur alias ngredit.. dit..dit.. dit..
Dari kredit itulah kami jadi semangat kerjanya."
Seseibu curhat sama saya via inbox, tak lama setelah saya posting tulisan tentang "utang" di sebuah portal online.

Link tulisan itu kemudian dishare oleh teman, lalu dishare lagi oleh temannya. Nah, si ibu yang lagi curhat inilah si temannya teman itu.
(bingung, ya??😅😅)
Kemudian ibu itu melanjutkan obrolannya,
"Semua itu kami lakukan demi kebahagiaan keluarga, mbak. Seperti mbak lihat di wall saya, saya baru saja diolok-olok oleh teman karena kebiasaan kami ngredit ini. Padahal kami tak pernah melupakan 5 rukun islam sebagai pilar hidup. Kami juga tidak melupakan sedekah. Kalau kami tidak ungkapkan, itu hanya karena kami tak ingin mengumbarnya ke medsos.
Lalu, apakah semua kredit yang kami lakukan itu akan menjauhkan kami dari mencium wanginya surga?"

Masya Allah. Saya tertegun. Ibu itu, duniawi jalan, ukhrowi juga tidak ditinggalkan. Tetapi jadi bimbang karena penghakiman manusia.
Lalu saya membalasnya,
"Duh, ibu, saya ini orang yang masih sangat awam soal agama. Tapi yang saya yakini, Allah itu maha pemurah. Manusia memang sangat pandai menghakimi sesamanya. Tetapi mereka bukan hakim yang sesungguhnya. Surga dan neraka adalah hak prerogratifnya Allah. Bukan manusia yang menentukan. Ibu tak usah memusingkan perkataan orang. Seperti pelacur yang ada dalam sebuah riwayat. Sudah dipastikan bahwa melacur itu dosa, pelaku dosa pasti masuk neraka. Tapi ada seorang pelacur yang bisa mendapat tempat di surga hanya karena menolong seekor anjing. Ini memang bukan analogi yang tepat, tetapi setidaknya menjawab, bahwa surga dan neraka adalah hak prerogratif Tuhan."
~~~~~~~~~~~~~~

Berutang itu memang bukanlah hal yang dilarang, meskipun juga tidak dianjurkan.
Terkadang, utang bisa menjadi solusi untuk hal-hal tertentu, kok. Misalnya saja saat kebutuhan hidup semakin banyak dan mendesak. Atau saat butuh suntikan modal untuk mengembangkan usaha, dimana karyawan yang harus digaji juga semakin banyak.
Utang itu bukan aib, yang bisa jadi aib itu ya pelakunya, yaitu mereka yang sering menyalahgunakan utang, dan mereka yang selalu lari kalau ditagih😄😄

Yah. Membicarakan utang memang nggak ada habisnya. Bisa menyenangkan kalau ada faedah yang bisa dipetik. Namun bisa jadi bikin keki kalau hanya menimbulkan perdebatan tiada akhir. Apalagi di media sosial, yang bisa menyulap manusia pendiam di dunia nyata, seketika berubah menjadi manusia ceriwis di dunia maya.

Sobat, kalau kita nggak bisa bijak menyikapi, dunia maya memang kadang bisa membuat mata hati kita menjadi buta. Mencemooh kekurangan orang lain seperti menjadi hal yang lumrah dilakukan. Ya, contohnya seperti kisah seseibu yang curhatannya baru saja saya sampaikan itu.

Banyak saya jumpai seseorang yang sudah "lurus" hidupnya, nggak pernah bersentuhan dengan utang, lalu mencemooh orang lain yang masih berkubang dengan utang.
Seseibu di postingan yang lain lagi, dengan entengnya mengatakan, "Utang itu bikin nggak nyenyak tidur. Kalau butuh sesuatu, jangan sampai ngutang. Jual saja aset yang bisa dijual."
Ada lagi seseembak yang berkata senada, "Utang itu membuat hidup menjadi hina. Segera lunasi utang. Jual saja aset yang bisa segera diuangkan untuk melunasi utang."
Fine. Kedua pendapat tersebut terlihat baik-baik saja. Tapi apa mereka si pelontar komen itu nggak mikir, yang lagi dikomenin itu punya aset apa enggak? Kalau aset yang dipunya hanya raganya saja, apa iya harus jual diri buat bayar utang?

Sobat, bisa menjalani hidup tanpa utang memang menyenangkan. Berprinsip bahwa tidak semua permasalahan bisa diselesaikan dengan utang adalah sebuah prinsip yang keren.
Selamat untuk Anda yang bisa melakukannya. Tapi tidak semua orang bisa seperti itu, karena tiap orang itu memiliki jalan hidupnya sendiri-sendiri.

Sobat, di dunia maya, jemarimu adalah belatimu. Jika tak berhati-hati menggunakannya, kamu bisa melukai hati orang lain. 

Sudah semestinya kita bisa memahami, bahwa menginspirasi orang itu tidak bisa dilakukan dengan cara mencemooh. Karena kalau itu yang dilakukan, Anda bukan sedang menginspirasi, tetapi sedang melemahkan semangat orang.

Ditulis oleh:
Rara Radyanti
🙏🙏🙏

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Merawat Buku yang Rusak Akibat Terlalu Lama Disimpan

4 Alasan Kenapa Harus Melakukan Pre-Launching Produk

Review: Biolage Scalp Refresher, Serum Rambut dengan Sensasi Dingin Menyegarkan