Penting Nggak Sih, Mengajarkan Finansial Literasi Pada Anak?
Penting nggak sih, mengajarkan finansial literasi pada
anak?
.
.
Mungkin ada yang berpendapat “nggak terlalu penting”,
toh masih ada ortu yang bisa mengelola, anak mah tinggal nurut aja.
Sah-sah saja pendapat seperti itu. Tapi kalau menurut
saya sih, penting banget, ya. Meskipun masih kecil, seorang anak semestinya
sudah bisa memiliki sudut pandang yang sehat tentang uang. Bahkan penting bagi
saya agar anak bisa membedakan mana kebutuhan dan mana yang hanya sekadar
keinginan. Ini menurut saya, lho. Bahkan, rasanya Mukiyo pun punya pendapat
yang sama.
.
Sehebat apa pun “uang” , dia hanyalah benda mati.
Sebuah benda mati yang punya sifat, dan kita perlu banget mengenalinya dengan
baik. Di satu sisi, uang memiliki daya tarik yang dapat mengantarkan pemiliknya
pada niat baik, tapi di sisi lain, uang juga bisa menjadi candu yang merusak.
Orang-orang dewasa aja masih banyak yang tertipu
dengan dua sifat uang ini. Makanya, saya sih keukeuh dengan pendapat bahwa
finansial literasi itu kudu dikenalkan sejak dini. Benar kan, Mukiyo?.
.
Lalu, darimana seorang anak bisa mendapatkan pelajaran
tentang pendidikan keuangan ini?
Menurut ngana? …
Ya dari keluarganya dulu, lah yau…
Sebelum belajar dari lingkungan sekitarnya, keluarga
lah yang punya peran penting sebagai tempat awal seorang anak belajar mengenal
dan mengelola keuangannya.
.
Bapak dan Ibu yang budiman bisa memulainya sesuai
dengan tahapan usia anak. Misalnya, buat yang punya anak usia dini atau usia TK,
di usia ini anak bisa mulai dikenalkan dengan konsep uang sebagai alat tukar
untuk jual beli, lalu juga jenisnya, ada uang logam dan uang kertas, kenalkan
juga nilainya. Gunakan cara yang fun, misalnya dengan bermain mengurutkan uang
dari pecahan terkecil ke yang terbesar, dll.
Di usia yang lebih besar, anak mulai bisa dikenalkan
dengan konsep menabung, lalu perlahan mulailah mengenalkan cara mengelola uang.
Caranya, dengan memberi uang saku baik mingguan maupun bulanan, lalu biarkan
mereka mengelolanya sendiri.
Di usia yang lebih besar lagi, Anda bisa mengajarkan
pada anak bahwa uang itu bisa didapatkan dengan cara bekerja, bukan sim salabim
datang tiba-tiba. Market day di sekolah-sekolah adalah salah satu penerapan
konsep ini.
Semakin bertambah besar, anak bisa mulai dikenalkan
dengan investasi. Ini bukan hil yang mustahal, lho sodaraku sekalian …
alhamdulillah, si sulung saya udah mulai bisa belajar berinvestasi. Masih
dengan cara yang sederhana, dan masih dengan bantuan kedua orang tuanya, sih …
tapi buat bunda sama boponya, ini udah merupakan pencapaian yang luar biasa.
.
Dan percaya nggak kamu, Mukiyo, … semua itu dimulai dari
cara kami menanamkan hidup sederhana pada anak. Penting bagi kami untuk mengajarkan
pada anak agar bisa membedakan mana kebutuhan dan mana yang hanya sekadar
keinginan. Tak lelah kami selalu mengingatkan tentang hal tersebut. Misalnya
saja tentang kendaraan. Di saat orangtua teman-teman mereka punya kendaraan
bagus, selalu up to date, tiap ada seri baru kendaraannya ganti, kendaraan
orangtua mereka masih tetap sama, cuma kaleng dirodain. Alhamdulillah, mereka
nggak pernah malu. Mereka paham bahwa kendaraan mewah maupun sederhana
sama-sama punya fungsi membawa kita ke tujuan.
Yep. Ketika anak sudah terbiasa hidup sederhana,
mereka akan lebih mudah dilatih untuk menghargai nilai uang. Itulah kenapa
finansial literasi penting banget diajarkan pada anak. Supaya anak bisa
memiliki sudut pandang yang sehat tentang uang, bisa menghargai nilai uang
dengan baik, dan tidak mendewakan uang. Uuuggghhh… jangan sampai deh, …
anak-anak kita terjebak pada gaya hidup hedon karena mereka terbiasa melihat
bapak ibunya begitu mendewakan uang. Jangan ya, Mukiyo … Jangan …
.
.
Embaaaak… Mukiyo itu sapose???
.
.
Emmmm … itu … temennya Mukidi.
.
.
#FinancialLiteracyForKids
#LivingPlain
#SmartParents
#HappyFamilly
Komentar
Posting Komentar