ISTRI ATAU ANAK? MANA YANG AKAN ANDA DAHULUKAN?





Kemarin habis dari nganter anak les, saya belanja dulu ke supermarket. Selesai belanja, saya tengok jam kok nanggung amat. Kalau pulang, paling cuma sebentaran doang dan harus langsung pergi lagi buat jemput. Tapi kalau langsung jemput kok ya masih lamaa les-nya bubar. Akhirnya saya milih buat jajan bakso aja dulu di warung dekat tempat les...hee...he... (nah...pantes aja ini body melar melulu😅😄😄)
Sendirian aja saya mamam bakso di situ, sambil ngelus-elus hape.. (kebiasaan...😄😄)
Di depan saya, duduk satu keluarga kecil mirip keluarga saya, jumlahnya lima orang. Satu bapak, satu ibu dan tiga orang anak. Si Bapak bilang ke babang penjual, "Bang, baksonya empat."
Si babang bakso mengangguk, lalu langsung meracikkan pesanan.
Ada lima orang tapi cuma pesan empat. Dugaan saya, tiga buat anak-anaknya, dan yang semangkuk lagi buat Bapak dan Ibu. Semangkuk berdua, romantiis😊😊
Tapi kemudian saya mendengar istrinya berbisik ke suami, "Pak, nanti kan masih harus beli minyak sama sabun, entar kalau uangnya nggak cukup, gimana?"
Si Bapak kelihatan berpikir sebentar, lalu dipanggilnya lagi si babang penjual. "Bang, tiga aja baksonya, nggak jadi empat."
Si babang mengangguk, lalu mengembalikan satu mangkuk kosong ke tempatnya.
"Biar anak-anak aja yang makan bakso ya, Bu. Kita minum air putih aja."
.
.
Pernah menjumpai kasus seperti di atas? Atau mungkin malah pernah mengalami sendiri?
Sebagai orang tua, saya bisa memahami keputusan yang diambil sama si Bapak. Tapi terus terang, saya gemeees...
Bukan soal jumlah pesanan dikurangi yang bikin saya gemes, tapi ucapan si Bapak pada istrinya.
~Duh, ini si Bapak tega bener sama istrinya. Masak cuma dikasih air putih doang.~ Ini pikiran saya.
Dan mungkin Anda akan berpikiran sama dengan si Bapak. "Ya nggak apa sih, mbak. Istrinya pasti bakal paham dan ikhlas. Toh buat nyenengin anak."
Ya memang. Si istri pun tampak ikhlas dengan segelas air putih gratisan yang terhidang di depannya.
.
.
Coba seandainya si Bapak tadi menyerahkan ketiga mangkuk bakso yang dipesan kepada istrinya, pasti semua bakal kebagian.
Insting seorang istri sekaligus seorang ibu itu bakal bekerja dengan sangat baik ketika menjumpai hal yang seperti ini. (yang ngaku ibu tunjuk jari👆👆👆)
Bisa aja kan si ibu minjem dua mangkuk kosong ke si babang penjual, lalu membagi isi tiga mangkuk bakso tadi menjadi lima bagian.
Atau kalau malu minjem dua mangkuk kosong, minjem satu aja juga bisa diatur. Misalnya yang dua mangkuk dibagi tiga buat anak-anak. Terus yang semangkuk buat berdua suami istri. Kan adil dan romantiiis. Iya, kan???
Akhirnya suami istri itu cuma bisa ndlongop memandangi ketiga buah hatinya yang lagi mamam bakso dengan lahap. Dalam hati mereka pasti bahagia melihat anak-anaknya senang.
Iya, bahagia...tapi laper.
Mana itu anak-anak mereka juga pada cuek bebek, nggak ada yang peduli kedua orang tuanya ngelap iler melulu. Sama sekali nggak ada yang inisiatif ngasih sesuap dua suap buat orangtuanya nyicip.
Saya sampai nunggu, kalau-kalau saja salah satu anaknya ada yang perhatian nanya, "Bapak sama ibu kok nggak ikut makan?"
Duuuh...anak-anak zaman sekarang, empatinya banyak yang tumpul.
Ingin tahu kenapa peristiwa kayak gini aja sampai saya jadiin bahan tulisan??
Karena ini adalah tentang bagaimana seharusnya seorang suami membahagiakan keluarganya.
Di masyarakat kita, orang kalau sudah menikah dan punya anak, biasanya seluruh perhatian bakal sepenuhnya tercurah ke anak. Pokoknya semuanya buat anak.
Sebenarnya ini nggak salah. Anak memang adalah sebuah amanah besar yang harus dijaga dan dibahagiakan.
Tetapi, sebagai kepala keluarga, seorang Bapak semestinya paham bahwa yang harus dia jaga dan bahagiakan itu bukan cuma anak, tapi juga istri.
Kalau dulu pas awal-awal menikah, istri disayang-sayang, dimanja-manja, segala kebutuhannya diperhatikan. Giliran sudah ada anak, perhatian ke istri jadi berkurang. Kalau dulu tiap pulang kerja langsung nyium kening istrinya, setelah ada anak yang dicari-cari anaknya duluan. Dipeluk-peluk. Ditanya udah makan belum? Udah minum susu belum? Sementara kebutuhan istrinya nyaris nggak pernah ditanya.
Di pergaulannya, seorang Bapak sangat sering membangga-banggakan anaknya, tapi nyaris nggak pernah membanggakan istrinya. Bahkan ada lho yang merasa malu buat memperkenalkan istrinya, karena merasa tidak ada yang bisa dia banggakan. Miris, ya? Tapi ini fakta.
Istri juga kadang begitu, sih. Pas awal menikah, kalau suami pulang kerja semua udah disiapin. Setelah punya anak, boro-boro nyiapin air panas buat suaminya mandi, nyiapin air minumnya aja kadang suka lupa. Semua itu karena anak jadi lebih diutamakan.
Tapi, se-enggak perhatiannya seorang istri kepada suami, dia masih akan selalu membangga-banggakan suaminya. Dan nggak pernah merasa malu buat ngenalin suaminya ke lingkungan pergaulan mereka. Ya kan, Bu Ibu?😉😉😉
Bapak dan Ibu yang budiman, kehadiran anak dalam sebuah keluarga, semestinya sih tidak lantas membuat kasih sayang antar suami istri jadi menurun. Tapi kenyataannya, banyak yang seperti itu. Kenapa???
Ini yang harus kita cari pemecahannya bersama. Bersama pasangannya masing-masing, maksudnya..😊😊
Mau nanya sama para suami, nih. Menurut Anda, sebenarnya mana sih yang harus diutamakan?
Istri apa anak?
Menurut saya sih istri, lho...
Bukan karena saya seorang istri kalau saya berpendapat begitu.
Saya cuma ingin sedikit membuka mata hati Anda sedikit. Boleh, ya...
Duhai para suami, kenapa kok seorang istri itu sebaiknya lebih didahulukan kebahagiaannya daripada anak?
Jawabannya ini:
KARENA ISTRI ITU ADALAH CAHAYA DI DALAM BIDUK RUMAH TANGGA YANG ANDA BANGUN.
Kalau cahaya itu bersinar terus, rumah tangga Anda akan selalu hangat. Tapi kalau cahaya itu redup, rumah tangga Anda juga bakal jadi suram.
Nggak percaya???
Coba perhatikan.
Ketika istri Anda bahagia, hatinya akan selalu diliputi rasa syukur. Aura bahagia itu akan menular ke seluruh anggota keluarga yang lain.
Tapi begitu istri didera rasa sedih dan kecewa, seketika rumah menjadi suram.
Anda boleh berpikir anak yang harus lebih diutamakan, karena anak adalah darah daging Anda.
Anda sangat boleh berpikir bahwa Anaklah yang harus diutamakan, karena anak adalah amanah yang harus dijaga dan dibahagiakan.
Tetapi Anda juga harus pikirkan ini,
Siapa yang Anda pasrahi untuk merawat, menjaga, dan mendidik anak Anda?
Istri Anda, kan?
Apakah Anda ingin anak-anak Anda tumbuh dalam didikan istri Anda yang jiwanya tertekan dan sedih berkepanjangan karena hatinya tidak pernah Anda bahagiakan?
Tentu saja tidak, bukan?
Anda juga harus pikirkan ini,
Istri Anda adalah orang yang Anda ambil (dilamar baik-baik maksudnya😊😊) dari kehangatan kasih kedua orang tuanya. Tegakah Anda membuatnya tidak diliputi kehangatan lagi?
Jangan biarkan hati istri Anda diliputi sepi, supaya dia tidak melupakan bagaimana caranya bersyukur.
Istri yang bahagia akan membuat anak-anak Anda pun tumbuh menjadi pribadi yang bahagia dan pandai bersyukur.
Kebahagiaan keluarga yang Anda bangun sangat tergantung pada kebahagiaan istri Anda.
Dan buat sahabatku para istri, ketika berbagai cara telah diusahakan tetapi suami tak juga menyadari pentingnya mengutamakan kebahagiaan kita, maka usahakanlah sendiri.
Buatlah diri kita bahagia.
Ciptakan bahagia kita sendiri, tentu saja secara sewajarnya saja.
Karena kita adalah cahaya keluarga, jangan biarkan cahaya itu redup.
Ketika kita kecewa dan merasa jatuh, segeralah bangkit.
Pancarkan lagi cahaya kita.
.
.
Tulisan dari emak bahagia Rara R yang ingin semua emak juga bahagia, supaya tercipta keluarga-keluarga bahagia.
Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Merawat Buku yang Rusak Akibat Terlalu Lama Disimpan

4 Alasan Kenapa Harus Melakukan Pre-Launching Produk

Review: Biolage Scalp Refresher, Serum Rambut dengan Sensasi Dingin Menyegarkan