Berat Badan Balitamu Kurang dari Standar? Begini Cara Mengatasinya
Salah satu kekhawatiran utama yang sering dilontarkan oleh
para orangtua adalah mengenai anak balitanya yang terlihat kurus dibandingkan
teman sebayanya. Saya pernah mengalami hal serupa dengan anak kedua. Rasanya
sedih banget tiap kali menggendong dan menatapnya. Anak ini kok berbeda dengan
anak-anak sebayanya, ya? padahal dulu kakaknya tidak seperti ini. Anak ini juga
mendapatkan ASI. Atau, apakah ada yang salah dengan konsumsi makanan saya, sehingga
ASI saya menjadi tidak berkualitas? Ataukah ada yang salah dengan cara
pengasuhan saya yang membuatnya susah gemuk?
Pada umumnya, para orangtua mulai melihat perubahan pada
bentuk badan bayinya saat balita, khususnya saat memasuki tahun kedua kehidupan
anaknya. Hal ini sebenarnya wajar. Selain pertambahan berat badan yang lebih lambat,
pada tahun kedua usianya ini, balita juga mulai aktif bergerak. Mereka mulai
belajar berjalan, loncat-loncat di kasur, merangkak kesana kemari dan
bereksplorasi secara lebih mandiri. Semua aktifitas ini tentunya menggunakan
kalori dan merangsang pertumbuhan massa ototnya.
Lapisan
lemak yang tebal diperlukan oleh bayi yang baru lahir untuk insulasi dan
penopang organ internalnya. Sementara setelah bayi dapat aktif bergerak,
pembuatan massa otot menjadi lebih diutamakan. Hal ini jugalah yang menyebabkan
pertumbuhan masa tubuh balita mulai melambat.
Agar
pertumbuhan anak tetap bisa maksimal, yang kamu butuhkan adalah memberinya
makanan yang berkualitas dan bergizi. Jika anak tiba-tiba
kehilangan berat badan yang signifikan, ada beberapa cara yang perlu kamu lakukan
untuk memastikan makanannya berkualitas dan mengandung nutrisi dan kalori.
Daripada
memaksa anak untuk makan dalam jumlah banyak, lebih baik kamu memastikan saja
bahwa setiap suapan yang dimakan anak bernutrisi dan kaya gizi untuk menunjang
pertumbuhannya.
Kamu bisa
melakukan hal ini:
- Mencampur
makanan yang padat gizi dan kalori seperti, keju parut, alpukat, santan
maupun krim yang dapat ditambahkan ke berbagai macam makanan seperti sup,
bubur dan nasi.
- Menggunakan
sumber karbohidrat yang bervariasi. Selain nasi putih, ada banyak sekali
sumber karbohidrat yang bisa digunakan agar makanan lebih menarik dan
tidak membosankan bagi anak. Kamu bisa mengganti nasi putih dengan nasi
merah, mie, pasta, roti, ubi, jagung, singkong dan talas
- Memperbanyak
protein. Selain menjadi sumber energi, protein juga dapat digunakan
sebagai pembentuk otot. Jadi, jangan lupakan protein ya.
- Sisihkan
minuman untuk setelah makan. Jika anak minum terlalu banyak atau malah
minum saat sedang makan, maka kapasitas lambungnya akan penuh dengan
cairan dan proses makan makanan padatnya ,menjadi tidak maksimal.
- Usahakan
agar sebisa mungkin selalu ada kudapan sehat untuk disajikan di antara jam
makan besar. Sebaiknya sih yang buatan sendiri, sehingga terhindar dari
bahan-bahan kimia yang berbahya.
Kapankah Orangtua Perlu Merasa Khawatir?
Jika masih khawatir tentang tumbuh kembang anak, langkah pertama yang bisa kamu lakukan adalah memperhatikan gambar berat dan tinggi badan anak di kurva pertumbuhan yang dikeluarkan oleh WHO. Gambar ini secara berkala sudah diisi oleh petugas kesehatan pada setiap jadwal pemberian imunisasi. Kurva ini ada di dalam buku KIA keluaran tahun 2016 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Kamu juga bisa juga mengunduhnya secara online dan mengisinya sendiri. Namun sebaiknya tetap mengkonsultasikannya dengan dokter ataupun bidan dan tenaga kesehatan lain yang memang berkompeten untuk melakukan itu.
Jika masih khawatir tentang tumbuh kembang anak, langkah pertama yang bisa kamu lakukan adalah memperhatikan gambar berat dan tinggi badan anak di kurva pertumbuhan yang dikeluarkan oleh WHO. Gambar ini secara berkala sudah diisi oleh petugas kesehatan pada setiap jadwal pemberian imunisasi. Kurva ini ada di dalam buku KIA keluaran tahun 2016 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Kamu juga bisa juga mengunduhnya secara online dan mengisinya sendiri. Namun sebaiknya tetap mengkonsultasikannya dengan dokter ataupun bidan dan tenaga kesehatan lain yang memang berkompeten untuk melakukan itu.
Apabila grafiknya mulai
mengalami penurunan, apalagi kalau turunnya seperti terjun bebas, nah, inilah
saatnya orangtua harus merasa khawatir. Kamu harus segera mengambil tindakan. Kamu
bisa meminta saran kepada dokter keluarga ataupun ahli gizi yang dapat membantu
memeriksa pola makan anak.
Penulis,
Rara Radyanti
Komentar
Posting Komentar