SEDERHANA ADALAH MENJALANI HIDUP DENGAN BIJAK DAN CERDAS
Mengartikan
apa itu hidup sederhana, terkesan seperti hidup yang apa adanya. Namun,
benarkah demikian?
Sejatinya,
sederhana itu termasuk dalam salah satu gaya hidup. Bagi saya, sederhana adalah
salah satu bentuk perilaku bijaksana seseorang dalam menjalankan hidupnya.
Orang yang tergolong dalam kategori sederhana ini, memiliki kemampuan dalam
menggunakan harta yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhannya. Dengan kata
lain, tidak berlebih-lebihan.
Orang
yang sederhana akan selalu memahami apa yang menjadi skala prioritas pemenuhan
kebutuhan dalam hidupnya, yaitu apa yang betul-betul menjadi kebutuhan pokoknya.
Kebalikan
dari orang sederhana adalah orang yang sering tanpa pertimbangan, justru
kerapkali mengubah kebutuhan sekunder,
bahkan tertier menjadi kebutuhan primer. Fenomena ini banyak terjadi dan
dapat kita lihat pada pasangan-pasangan muda sekarang ini. Contohnya, dimana memiliki
kendaraan pribadi (baca:mobil) diletakkan pada urutan atas skala
prioritasnya. Hal tersebut menandakan bahwa seseorang tersebut belum dapat mengenali antara keinginan dan
kebutuhan. Bila hal ini terjadi, bukan tidak mungkin kebutuhan pokoknya akan
menjadi terganggu.
Sudah banyak
cerita tentang rumah tangga yang berantakan karena kurang bijak mengatur
pemenuhan kebutuhan. Akibat merasa yakin bahwa pendapatannya sangat cukup untuk
membayar angsuran mobil, tanpa berpikir panjang langsung melakukan akad kredit.
Padahal, uang muka yang digunakan untuk membeli mobil tersebut juga didapatkan
dari meminjam di koperasi kantornya ataupun lembaga keuangan lain. Akhirnya, jumlah angsuran tiap bulannya
menjadi bertambah. Dan, yang seringkali lupa menjadi pertimbangan adalah bahwa
biaya hidup juga semakin naik setiap waktunya. Akibatnya, yang terjadi akhirnya
justru sebuah penyesalan.
Sering kita jumpai para pengendara mengeluhkan kemacetan yang terjadi di mana-mana, tanpa mereka sadari
bahwa mereka turut menjadi salah satu penyebabnya. Hanya karena merasa enggan
kepanasan, enggan kehujanan, enggan berdesakan di dalam angkutan umum, langsung
merasa bahwa mobil sebagai satu-satunya solusi.
Memang tidak
dapat dipungkiri, bahwa mobil yang notabene adalah kebutuhan tersier ini dapat turut mengangkat prestige atau status sosial pemiliknya
di mata masyarakat, ditambah lagi, banyaknya kemudahan yang ditawarkan oleh leasing, membuat mobil semakin diminati,
bahkan oleh mereka yang sebenarnya belum memiliki kemampuan tetapi merasa
mampu.
Prihatin.
Hanya satu kata itu yang dapat saya katakan. Terlebih lagi kepada yang
berpendapat bahwa memiliki mobil lebih penting daripada memiliki rumah.
Kembali
pada makna kesederhanaan. Seandainya saja semua orang mampu mengaplikasikan
hidup sederhana dalam hidupnya, mungkin akan dapat menekan jumlah penderita
depresi. Kenapa? Karena orang yang jauh dari kesederhanaan rentan depresi.
Seperti sudah saya bahas di atas, orang yang
berperilaku sederhana tentu mampu mempertimbangkan dengan matang antara
kebutuhan dan keinginan.
Memang, setiap orang pasti tidak pernah terlepas dari keinginan-keinginan. Nah, disinilah kesadaran akan gaya hidup sederhana dibutuhkan. Orang dengan gaya hidup sederhana, mampu mengelola keinginan dengan baik, tidak malah menjadikan keinginan sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi.
Memang, setiap orang pasti tidak pernah terlepas dari keinginan-keinginan. Nah, disinilah kesadaran akan gaya hidup sederhana dibutuhkan. Orang dengan gaya hidup sederhana, mampu mengelola keinginan dengan baik, tidak malah menjadikan keinginan sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi.
Satu
lagi kelebihan orang dengan gaya hidup sederhana, rata-rata mereka tidak hanya
berorientasi pada masa kini, tetapi juga berorientasi pada masa yang akan
datang. Misalnya, daripada membelanjakan hartanya untuk keinginan-keinginan
terhadap benda yang dapat mengangkat prestige
mereka, lebih baik ditabung atau diinvestasikan demi masa depan anak cucu.
Saya
memandang perlunya gaya hidup sederhana ini dicontohkan dan diajarkan sedini
mungkin kepada anak-anak kita, supaya kelak ketika mereka dewasa tidak terjebak
ke dalam gaya hidup hedonis.
Dan terpenting, kesederhanaan itu tidak cukup
bila hanya dimaknai, tetapi semestinya diterapkan, karena sederhana itu bukan
hanya sekedar hidup apa adanya, tetapi menjalani hidup dengan bijaksana dan
cerdas.
Oleh: Rara radyanti,
Penulis buku You Can
Lean On Me
Tulisan ini pernah
dimuat di harian BERNAS Yogyakarta edisi 26 Maret 2016 dengan judul “Kesederhanaan,
Bukan untuk Sekedar Dimaknai"
Komentar
Posting Komentar