Yang Harus dilakukan Ketika Anak Terpapar Konten Pornografi
Apakah anak-anak Anda termasuk aktif
menggunakan gadget? Sekarang ini konten-konten bermuatan pornografi banyak
bertebaran di dunia maya. Seram ya, kalau sampai anak-anak terpapar konten-konten tersebut?
Apakah kekhawatiran yang melanda lantas
menjadikan kita meniadakan gadget dalam keseharian anak?
Sebetulnya hal tersebut justru kurang
disarankan, karena seorang anak itu memiliki rasa ingin tahu yang sangat
tinggi. Sebagai orang terdekat dalam keseharian mereka, sebaiknya justru kita
yang mengenalkan berbagai teknologi tersebut. Jangan malah menyembunyikan
keberadaannya. Karena dampaknya akan lebih buruk kalau anak-anak mengenalnya
dari orang lain.
Sebagai orangtua yang bijak, yang harus kita lakukan
adalah mengontrolnya. Karena pemakaian gadget yang berlebihan dan tanpa
kontrol, jelas beresiko besar mengakibatkan anak bisa mengakses konten-konten
yang mengkhawatirkan tersebut.
Meskipun sudah dikontrol dengan sangat ketat
dan dipantau dengan sedemikian rupa, tetap saja orangtua bisa kecolongan. Yah,
bagaimana lagi, sebagai manusia biasa yang punya jatah waktu sama dengan
manusia lain, rasanya kita pun nggak mungkin, ya, selama 24 jam penuh selalu
bersama anak. Mereka juga harus sekolah, menjalankan kegiatan ekskul, dan
beraktivitas dengan teman-teman sebayanya. Dalam momen-momen tersebut,
adakalanya secara tak sengaja anak terpapar konten pornografi. Kalau sampai
kejadian seperti itu, yang harus kita lakukan adalah menyikapinya dengan
sebijak mungkin, yaitu dengan:
Jangan
Langsung Dimarahi.
Anak akan semakin penasaran ingin melihatnya
kalau kita langsung marah-marah tanpa penjelasan yang bisa masuk di akalnya.
Apalagi kalau yang kita hadapi adalah anak yang baru memasuki usia puber. Yang
harus kita lakukan adalah duduk bersama dan bicara dari hati ke hati dengannya.
Jelaskan bahwa apa yang baru saja dilihatnya itu hanya boleh dilakukan setelah
mereka dewasa dan telah menikah seperti ayah dan ibunya.
Mungkin kita merasa sungkan mengkomunikasikan
hal seperti itu dengan anak. Tapi jangan takut, justru sebuah komunikasi yang
terbuka itu menunjukkan bentuk kasih sayang orangtua terhadap anaknya.
Dalam mengkomunikasikan hal tersebut, kita hanya
harus memperhatikan faktor usia si anak. Beda usia, beda pendekatannya, kan?
Jika Anak Masih Balita
Sebaiknya kita meneliti terlebih dahulu,
apakah anak menunjukkan tanda-tanda penasaran atau tidak? Kalau anak mudah
berpindah ke aktivitas lain yang dia sukai, sebaiknya tidak usah mengungkitnya
lagi. Biarkanlah kejadian tersebut berlalu dengan sendirinya. Yang harus
diwaspadai adalah ketika anak menunjukkan ketertarikan dan selalu ingin melihat
lagi. Anak jadi marah atau malah sedih apabila rasa penasarannya tersebut tidak
segera dipenuhi. Kalau hal tersebut yang terjadi, tak perlu ragu untuk segera
memutus aksesnya terhadap gadget.
Jika Anak Sudah Remaja,
Sebaiknya kita membiasakan diri untuk selalu
melakukan komunikasi terbuka dari hati ke hati secara santai dengan anak usia
ini. Jadi, ketika anak menemukan hal seperti ini, mereka akan terbuka untuk
mendiskusikan hal tersebut dengan kita.
Kalau orangtua justru tidak mau
membicarakannya karena menganggap bahwa hal itu tabu, maka malah akan membuat
mereka semakin penasaran. Akibatnya, mereka malah akan mencari tahu sendiri
melalui teman-temannya yang belum tentu bisa dimintai tanggungjawabnya, atau
malah mencari tahu dengan cara browsing di internet tanpa sepengetahuan kita.
Ini justru bahaya.
Lakukan
Tindakan Pencegahan.
Kita harus segera menyaring berbagai situs maupun
aplikasi yang memungkinkan anak mengakses konten tersebut. Batasi pemakaian
gadget hanya di saat kita bisa ikut memantaunya. Kita bisa mengakalinya dengan
memintanya mengeraskan volume suara dari konten yang sedang diaksesnya. Jadi,
sembari beraktivitas, kita tetap bisa memantau apa yang ditonton oleh anak.
Anak adalah pribadi yang akan terus bertumbuh.
Sebagai orangtua yang bijak, kita hanya perlu melakukan pendekatan dan
pengawasan. Sebagai orangtua, sebaiknya jangan sampai lengah.
Komentar
Posting Komentar